Metode Penelitian “PENGARUH GADGET (SMARTPHONE) BAGI KEHIDUPAN KEAGAMAAN MAHASISWA”

Umi Faridhoh

  1. Metode penelitian

Metode Penelitian : metode adalah jalan atau cara untuk melakukan sesuatu, metode juga berarti metodologi yang diartikan sebagai hukum dan aturan, tentunya di dalamnya terkandung hal-hal yang diatur secara sistematis.[1]

Penelitian atau dalam bahasa inggris disebut dengan Research. Jika dilihat dari susunan katanya, terdiri atas dua suku kata, yaitu re yang berarti melakukan kembali atau pengulangan dan search yang berarti melihat, mengamati atau mencari, sehingga penelitian atau research dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mendapat pemahaman baru yang lebih kompleks, lebih mendetail, dan lebih komprehensif dari suatu hal yang diteliti.

Dari uraian mengenai metodologi dan penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa  metodologi penelitian adalah serangkaian hukum, aturan, dan tata cara tertentu yang diatur dan ditentukan berdasarkan kaidah ilmiah dalam menyelenggarakan suatu penelitian dalam koridor keilmuan tertentu yang hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.[2]

Adapun penelitian ini dilakukan untuk penelitian masalah yang berkaitan dengan masalah sosial dan kemasyarakatan yaitu masalah yang menyangkut tentang orang perorang atau masyarakat. Tujuan dari penelitian itu sendiri adalah untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan sosial masyarakat dan kegunaannya untuk memberikan solusi dan mengurangi masalah sosial.

  1. Ditinjau dari segi esensinya, penelitian biasa dibedakan dalam dua macam yaitu penelitian dasar (basic research) dan penelitian terapan (applied research). Penelitian dasar disebut juga sebagai penelitian murni, penelitian jenis ini bertujuan menemukan atau generalisasi atau keumuman, dan berusaha menemukan dalil-dalil atau teori-teori yang berlaku secara umum. Penelitian penerapan diarahkan pada penggunaan secara praktis di bidang kehidupan sehari-hari. Contoh penelitian ini antara lain ialah penelitian sosiometris tentang hubungan sosial dalam suatu kelompok soisal. Misalnya relasi pada pegawai suatu pabrik, yang diselidiki untuk menyajikan data yang bermanfaat guna penyusunan suatu system kerja yang efisien serta system kepemimpinan yang tepat.
  2. Penggolongan menurut bidangnya, antara lain: penelitian-penelitian pendidikan, sejarah, ekonomi, politik, bahasa, teknik, militer, hukum, pertanian, peternakan, kehutanan, dan lain-lain.
  3. Penggolongan menurut tempat dilakukannya penelitian, yaitu: penelitian laboratorium, penelitian lapangan (field research), dan penelitian perpustakaan (library research).[3]

Kajian tentang jenis-jenis penelitian yaitu sebagai berikut:[4]

  1. Penelitian grounded : merupakan penelitian sebagai reaksi yang tajam atas stagnasi teori dalam ilmu-ilmu sosial. Oleh karenanya, penelitian grounded tidak bertitik tolak dari data atau situasi sosial, melainkan dari konsep, hipotesis dan teori yang sudah mapan yang mungkin sekali tidak relevan dengan situasi sosial yang khas dari masyarakat yang diteliti.
  2. Peneitian Etnografi : metode penelitian untuk menghasilkan laporan mengenai ilmu antropologi.
  3. Penelitian studi kasus : penelitian yang kajiannya difokuskan kepada satu kasus dan dilakukan secara intensif, mendalam, mendetail, daan komprehensif.

Pembagian metodologi penelitian:

Metodologi penelitian terbagi atas dua metode yaitu metodologi penelitian kuantatif dan metodologi penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan pendekatan-pendekatan yang dikembangkan ilmu pengetahuan alam, dan kini secara luas digunakan untuk penelitian sosial. Pendekatan kuantitatif juga merupakan salah satu pendekatan dalam penelitian yang lebih ditekankan pada data yang dapat dihitung untuk menghasilkan penafsiran kuantitatif yang kokoh. Asumsi dari penelitian kuantitatif adalah bahwa fakta-fakta dari objek penelitian memiliki realitas, dan variable-variabel dapat diidentifikasi dan hubungan-hubungannya dapat diukur.

Sedangkan Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistic atau dengan cara kuantitatif (pengukuhan). Penelitian kualitatif dapat menunjukkan pada penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, atau hubungan kekerabatan.[5] Metode yang digunakan dalam pendekata kualitatif ini adalah observasi. Sedangkan esensi dari penelitian kualitatif adalah memahami pola piker dan sudut pandang orang lain, memahami sebuah fenomena berdasarkan sudut pandang sekelompok orang atau komunitas tertentu dalam latar alamiah.

  1. Struktur Proposal Penelitian

sebelum membahas kepada struktur proposal itu sendiri, disini perlu diketahui apa pengertian dari proposal itu. Proposal adalah rencana kerja yang disusun secara sistematis dan terinci untuk suatu kegiatan yang bersifat formal.[6]

Adapun tahapan-tahapan dalam menulis proposal adalah:

  1. pemilihan masalah dan pernyataan hipotesisnya (jika ada)
  2. pembuatan desain penelitian
  3. pengumpulan data
  4. pembuatan kode dan analisis data
  5. interpretasi hasil

adapun bagian-bagian Proposal

Bagian awal

  • halaman sampul depan
  • halaman sampul dalam
  • halaman persetujuan
  • halaman daftar isi
  • halaman daftar table
  • halaman daftar gambar
  • halaman daftar lampiran

Bagian inti

Bab I PENDAHULUAN

  • 1 latar belakang
  • 2 Rumusan masalah
  • 3 Tujuan penelitian
  • 4 Manfaat Penelitian
  • 5 Ruang Lingkup Penelitian

Bab II TINJAUAN PUSTAKA

  • 1 Landasan teoritik
  • 2 Hasil-hasil Penelitian terdahulu
  • 3 Kerangka Pemikiran
  • 4 Hipotesis Penelitian

Bab III METODE PENELITIAN

  • 1 Rancangan Penelitian
  • 2 Populasi dan Sampel Serta Teknik Pengambilan Sampel
  • 3 Jenis dan Sumber Data
  • 4 Variabel Definisi Operasional Variabel
  • 5 Analisis Data
  • 6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Bagian Akhir

  • Daftar Pustaka
  • Lampiran

Contoh:

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW, juga kepada keluarga, para sohabat dan para pengikutnya yang sampai sekarang masih memeluk dan mengamalkan ajaran-ajaran yang telah dibawanya.

Berkat rahmat dan karunia-Nya, Alhamdulillah kami dapat menyelesaikan penelitian ini dengan lancar, penelitian ini sengaja dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah METODE PENELITIAN.

Kami mengakui dan menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak sekali kekurangannya, dan masih jauh dari prosedur yang telah ditentukan, serta mungkin jauh dari sempurna. Maka, untuk lebih mengembangkan dan memperbaiki segala kekurangan tersebut, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan.

Semoga dapat bemanfaat bagi penyusun khususnya bagi pembaca pada umumnya.

Ciputat, Desember 2014

 

Penyusun,

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar………………………………………………………………………………………………… .1

Daftar Isi …………………………………………………………………………………………………………  2

BAB I PENDAHULUAN

  1. Latar belakang Masalah ………………………………………………………………………….. 3
  2. Rumusan Masalah ………………………………………………………………………………….. 6
  3. Tujuan Penelitian ……………………………………………………………………………………. 6
  4. Literature Review …………………………………………………………………………………… 7
  5. Metode Penelitian ………………………………………………………………………………….. 8

BAB II LANDASAN TEORI

  1. Religiusitas ……………………………………………………………………………………………. 9
  2. Kecanduan ……………………………………………………………………………………………. 12

BAB III SUBJEK PENELITIAN

  1. Subjek dan Objek Penelitian ……………………………………………………………………. 20
  2. Profil Subjek Penelitian …………………………………………………………………………… 21

BAB IV ANALISIS DATA ………………………………………………………………………………. 27

BAB V KESIMPULAN ……………………………………………………………………………………. 31

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………………………….. 36

BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang

Perkembangan teknologi komputasi mobile telah meningkat pesat, hal ini ditandai dengan semakin banyaknya fungsi pada perangkat mobile tersebut. Ini menjadi sebuah evolusi perangkat mobile dalam hal ini adalah handphone yang ditandai lahirnya teknologi gadget yang kemampuannya hampir mirip dengan sebuah personal komputer. Gadget  smartphone merupakan kelas baru dari teknologi telepon seluler yang bisa memfasilitasi akses dan pemrosesan data dengan kekuatan komputasi yang signifikan.

Di zaman yang serba teknologi ini, gadget smartphone merupakan sebuah alat yang sangat luar biasa. Gadget smartphone tidak hanya membantu anda untuk tetap terhubung dengan teman-teman dan keluarga, mereka juga memiliki banyak aplikasi multimedia seperti browsing internet, mendengarkan musik, menonton video dan film.

Gadget smartphone adalah sebuah ponsel yang menawarkan kemampuan komputasi yang lebih maju dan konektivitas dari fitur telepon kontemporer. Gadget smartphone dan fitur ponsel terkadang dianggap sebagai komputer genggam yang terintegrasi dengan telepon seluler.

Mengingat perkembangan aplikasi pada gadget smartphone saat ini sedang berkembang, maka banyak yang menggunakan gadget smartphone itu selain untuk browsing, internet, mendengarkan musik dan menonton video dan film. Dikarenakan aktifitas masyarakat dan kebutuhan mereka yang beragam dan memacu, kemudian dengan keinginan yang serba instan atau cepat dan mudah, membuat penggunaan smartphone semakin banyak dan beragam pula. Dampak positif dan negatif pun bermunculan, seperti dampak negatifnya yaitu mengganggu perkembangan kualitas keagamaan, bahaya kesehatan, rawan terhadap tindak kejahatan, perubahan perilaku, dan pemborosan. Sedangkan dampak positifnya yaitu mempermudah komunikasi, menambah pengetahuan tentang perkembangan teknologi, dan memperluas jaringan persahabatan.

Dalam hal ini, yang menjadi perhatian peneliti pada dampak gadget smartphone adalah terhadap sisi religiousitas para mahasiswa, khususnya di kalangan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berada di Fakultas Sains dan Teknologi, dan Fakultas Ushuluddin. Karena, sebagai mahasiswa yang dekat dengan tema besar peneliti  yaitu pengaruh gadget terhadap religisiousitas mahasiswa. Mahasiswa saintek yang dimaksud peneliti di sini adalah yang mengambil jurusan Teknologi Informasi dan Sistem Informasi, sebagai mahasiswa yang erat dikaitkan dengan gadget dan elektronik lainnya, peneliti ingin mengetahui bagaimana dan seperti apa pengaruh gadget terhadap sisi religiousitas mereka. Dan dalam mahasiswa ushuluddin, yang dimaksud peneliti adalah mahasiswa yang mengambil jurusan Tafsir Hadis. Sebagai mahasiswa yang erat dikaitkan dengan keagamaan dan kesholehan, peneliti ingin mengetahui bagaimana pengaruh gadget terhadap sisi religiusioutas mereka.

Adapun pengertian religiusitas adalah, religiusitas berasal dari bahasa Latin religio yang akar katanya adalah religure yang berarti meningkat. Ini mengandung makna bahwa dalam religi atau agama pada umumnya memiliki aturan-aturan dan kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh pemeluknya dan semua itu berfungsi untuk mengikat seseorang atau sekelompok orang dalam hubungan dengan Tuhan, sesama manusia dan alam sekitarnya. Mangun wijaya membedakan antara istilah religi atau agama dengan religiusitas. Jika religi menunjuk pada aspek-aspek formal yang berkaitan dengan aturan dan kewajiban, maka religiusitas sebagai keberagaman karena adanya internalisasi agama tersebut ke dalam hati. Pendapat tersebut senada dengan Dister yang mengartikan religiusitas sebagai keberagamaan karena adanya internalisasi agama tersebut ke dalam diri seseorang.

Dari berbagai pendapat dapat ditarik kesimpulan bahwa religiusitas menunjuk pada tingkat ketertarikan individu terhadap agamanya. Hal ini menunjukkan bahwa individu telah menghayati dan menginternalisasikan ajaran agamanya sehingga pengaruh dalam tindakan dan pengaruh hidupnya.

Bertolak dari permasalahan di atas, maka sangat urgen untuk melakukan pendalaman terhadap pengaruh positif apa yang ditimbulkan oleh gadget smartphone terhadap mahasiswa.

  1. Rumusan Masalah
  2. Apakah pengertian gadget smartphone dan religiousitas?
  3. Bagaimanakah hubungan antara aplikasi keagamaan yang ada dalam gadget smartphone (Al-Qur’an, pengingat waktu salat, kumpulan do’a-do’a dan zikir, dan pdf kitab-kitab keagamaan) terhadap sisi religiousitas mahasiswa (jurusan sistem informasi, teknologi informasi dan tafsir hadis)?
  4. Seberapa besar pengaruhnya terhadap kehidupan sosial dan juga kehidupan beragama?
  1. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar dampak gadget smartphone terhadap sisi religiousitas mahasiswa.

Adapun manfaat dari penelitian ini secara umum adalah, menggambarkan dampak, faktor penyebab, serta penggunaan teknologi dalam meningkatkan religiusitas pada setiap individu yang kami teliti, berkaitan dengan sisi positif negatif, dan berguna atau tidak berguna teknologi gadget tersebut. Dan  menambah wawasan serta memperkaya khazanah intelektual, khususnya bagi peniliti dan pembaca pada umumnya.

  1. Literatur Review (kajian terdahulu yang pernah ada)

Sebelum melakukan penelitian tentang “pengaruh gadget terhadap religiousitas mahasiswa”, peneliti menemukan beberapa literatur yang berkaitan dengan pengaruh gadget dalam keagamaan yaitu “Media sebagai Wasilah Dakwah”. Dalam literatur tersebut membahas tentang, bahwa dalam melakukan dakwah islami terdapat media yang digunakan sebagai pendukung dakwah atau wasilah dakwah. Media kini sudah menjadi salah satu jembatan dalam penyampaian dakwah. Pada masa Rasul sendiri,  media dakwah yang kita temui adalah di dalam Al-Qur’an terdapat kisah-kisah yang berbentuk cerita drama. Dan Rasulullah juga menugaskan para sahabat untuk berseni dalam syair- menyair untuk membalas celaan syair para musyrikin.

Kelebihan yang dapat diambil dalam literatur tersebut yaitu, adapun syarat-syarat media dalam wasilah dakwah antara lain yaitu, niat dalam menerbitkan media haruslah karena Allah dan sesuai dengan syar’i yaitu kegunaannya untuk memajukan dakwah islami.

Selain literatur “Media sebagai Wasilah Dakwah”, kami juga menemukan litertur lain yang berkaitan dengan tema gadget dan keagamaan yaitu:

  1. Pengaruh Religiusitas Kelekatan (Attachment) Orang tua terhadap Perilaku keagamaan Anak di Desa Paremono Kec. Mungkit Kab. Magelang. Literatur ini adalah skiripsi yang disusun oleh Isna Yuliyati dari Universitas Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta.
  2. Analisis Komparatif Perbedaan Tingkat Religiusitas Siswa di Lembaga Pendidikan Psantren, MAN, dan SMUN. Literatur ini disusun oleh Wahyuni Ismail.
  3. Serta dilengkapi dengan beberapa penelitian sebelumnya yang membahas tentang teknologi (gadget) itu sendiri maupun keterkaitannya terhadap keagamaan. Dan juga di tambah referensi lain yang berbahasa Inggris.
  1. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaaan tertentu.[7] Dalam penilitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif. Adapun metode kualitatif adalah penelitian yang datanya dinyatakan dalam bentuk verbal dan dianalisis tanpa menggunakan teknik statistik. Penelitian yang sering menggunakan cara ini adalah studi kasus dan historical.[8]

Dalam penelitian ini peneliti melakukan penelitian lanjutan terhadap penelitian dalam kajian literatur review yang telah kami sebutkan di atas. Fokus kami dalam penelitian ini membahas tentang pengaruh teknologi (smartphone gadget) terhadap sisi religiusitas mahasiswa.

BAB II

LANDASAN TEORI

  1. Religiusitas

Menurut jalaluddin kata religi berasal dari bahasa latin religio yang akar katanya adalah religare yang berarti mengikat. Maksudnya religi atau agama pada umumnya terdapat aturan-aturan dan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan yang semua itu berfungsi untuk mengikat dan mengutuhkan diri seseorang atau sekelompok orang dalam hubungannya dengan tuhan, sesama manusia, dan alam sekitarnya[9].

Harun nasution (dalam Jalaluddin, 2004) membedakan pengertian agama berdasarkan asal kata, yaitu al-din, religi (relegere, religare) dan agama. Al-din berarti undang-undang atau hukum. Kemudian dalam bahasa Arab, kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, dan kebiasaan. Sedangkan dari kata religi (latin) atau relegere berarti mengumpulkan atau membaca. Kemudian religare  berarti mengikat. Adapun kata agama terdiri dari a= tidak ; gam = pergi, mengandung arti tidak pergi, tetap di tempat atau diwarisi turun temurun.

Nasution (1986) menyatakan bahwa agama mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan yang dimaksud berasal dari salah satu kekuatan yang lebih tinggi daripada manusia sebagai kekuatan gaib yang tidak dapat ditangkap dengan panca indera, namun mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari.

Menurut Uyun (1998) agama sangat mendorong pemeluknya untuk berperilaku baik dan bertanggung jawab atas segala perbuatannya serta giat berusaha untuk memperbaiki diri agar menjadi lebih baik.

Berdasarkan  pada  istilah  agama  dan  religi  muncul  istilah  religiusitas. Dalam psikologi konsep ini sering disebut sebagai religiusitas. Hal ini perlu dibedakan   dari   agama,   karena   konotasi   agama   biasanya   mengacu   pada kelembagaan yang bergerak dalam aspek-aspek yuridis, aturan dan hukuman sedangkan religiusitas lebih pada aspek ‘lubuk hati’ dan personalisasi dari kelembagaan tersebut (Shadily, 1989).

Mangunwijaya (1982) juga membedakan istilah religi atau agama dengan istilah  religiusitas.  Agama  menunjuk  aspek  formal  yang  berkaitan  dengan aturan-aturan  dan  kewajiban-kewajiban  sedangkan  religiusitas  mengacu  pada aspek religi yang dihayati oleh individu di dalam hati.

Pengertian religiusitas berdasarkan dimensi-dimensi yang dikemukan oleh Glock  dan  Stark  (dalam  Ancok,  2005)  adalah  seberapa  jauh  pengetahuan, seberapa  kokoh  keyakinan,  seberapa  tekun  pelaksanaan  ibadah  dan  seberapa dalam penghayatan agama yang dianut seseorang.

Berdasarkan beberapa uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa religiusitas merupakan suatu keyakinan dan penghayatan akan ajaran agama yang mengarahkan perilaku seseorang sesuai dengan ajaran yang dianutnya.

Anshari mengartikan religi agama atau din sebagai sistem atau tata keyakinan atau tata kimanan atas dasar sesuatu yang mutlak diluar diri manusia dan merupakan suatu sistem ritus (tata peribadatan) manusia kepada yang dianggap mutlak, serta sistem norma yang mengatur hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan alam, manusia dengan alam lainnya, dengan tata keimanan dan tata peribadatan yang telah ndimaksud[10].

Menurut glock dan stark ada lima aspek religiusitas[11], yaitu;

  1. Aspek ideologi (the ideological dimension) berkaitan dengan tingkatan seseorang dalam meyakini kebenaran ajaran agamanya (religious belief). Tiap-tiap agama memiliki seperangkat keyakinan yang harus dipatuhi oleh penganutnya, misalnya kepercayaan adanya tuhan.
  2. Aspek ritualistic (the ritualistic dimension) yaitu tingkat kepatuhan seseorang mengerjakan kewajiban ritual sebagaimana yang diperintahkan dalam agamanya (religious practice). Seperti kewajiban orang islam, sholat, zakat, puasa, pergi haji.
  3. Aspek eksperiensial (the experiential dimension) yaitu tingkatan seseorang dalam merasakan dan mengalami perasaan-perasaan atau pengalaman-pengalaman (religious feeling). Semua agama memiliki harapan bagi individu penghayatnya akan mencapai suatu pengetahuan yang langsung mengenai realitas yang paling sejati atau mengalami emosi-emosi religius, misalnya; merasa doanya dikabulkan, merasa diselamatkan tuhan.
  4. Aspek intelektual (the intelectual dimension) berkaitan dengan tingkatan pengetahuan dan pemahaman seseorang terhadap ajaran agama yang dianutnya (religious knowledge).
  5. Aspek kosekuensial (the konsequential dimension) yaitu aspek yang mengukur sejauh mana perilaku seseorang dimotivasi ajaran agamanya dalam kehidupan sosial, yakni bagaimana individu berhubungan dengan dunia terutama dengan sesama manusia (religious effect).

Thouless mengemukakan empat kelompok faktor yang mempenngaruhi perkembangan religiusitas[12]. Yaitu

  1. Faktor sosial, yaitu meliputi semua pengaruh sosial, seperti; pendidikan dan pengajaran orang tua, tradisi-tradisi dan tekanan-tekanan sosial.
  2. Faktor alami, meliputi moral yang berupa pengalaman-pengalaman baik yang bersifat alami, seperti pengalaman konflik moral maupun pengalaman emosional.
  3. Faktor kebutuhan untuk memperoleh harga diri dan kebutuhan yang timbul karena adanya kematian.
  4. Faktor intelektual yang menyangkut proses pemikiran verbal terutama dalam pembentukan keyakinan-keyakinan agama.
  1. Kecanduan

Konsep kecanduan dapat diterapkan pada perilaku secara luas, termasuk kecanduan teknologi komunikasi informasi (ICT) (Yuwanto, 2010)

Menurut Hovart (1989), kecanduan tidak hanya terhadap zat saja tapi juga aktivitas tertentu yang dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan dampak negatif. Griffiths (Essau, 2008) menyatakan bahwa kecanduan merupakan aspek perilaku yang kompulsif, adanya ketergantungan, dan kurangnya kontrol. Cooper (2000) berpendapat bahwa kecanduan merupakan perilaku ketergantungan pada suatu hal yang disenangi. Individu biasanya secara otomatis akan melakukan apa yang disenangi pada kesempatan yang ada. Orang dikatakan kecanduan apabila dalam satu hari melakukan kegiatan yang sama sebanyak lima kali atau lebih. Kecanduan merupakan kondisi terikat pada kebiasaan yang sangat kuat dan tidak mampu lepas dari keadaan itu, individu kurang mampu mengontrol dirinya sendiri untuk melakukan kegiatan tertentu yang disenangi. Seseorang yang kecanduan merasa terhukum apabila tak memenuhi hasrat kebiasaannya.

Berdasarkan uraian di atas maka kecanduan dapat di artikan sebagai suatu kondisi dimana individu merasakan ketergantungan terhadap suatu hal yang disenangi pada berbagai kesempatan yang ada akibat kurangnya kontrol terhadap perilaku sehingga merasa terhukum apabila tidak memenuhi hasrat dan kebiasaannya.

Penyebab Kecanduan

Yuwanto (2010) dalam penelitiannya mengenai mobile phone addict mengemukakan beberapa faktor penyebab kecanduan telepon genggam yaitu :

  • Faktor internal

Faktor ini terdiri atas faktor-faktor yang menggambarkan karakteristik individu. Pertama, tingkat sensation seeking yang tinggi, individu yang memiliki tingkat sensation seeking yang tinggi cenderung lebih mudah mengalami kebosanan dalam aktivitas yang sifatnya rutin. Kedua, self-esteem yang rendah, individu dengan self esteem rendah menilai negatif dirinya dan cenderung merasa tidak aman saat berinteraksi secara langsung dengan orang lain. Menggunakan telepon genggam akan membuat merasa nyaman saat berinteraksi dengan orang lain. Ketiga, kepribadian ekstraversi yang tinggi. Keempat, kontrol diri yang rendah, kebiasaan menggunakan telepon genggam yang tinggi, dan kesenangan pribadi yang tinggi dapat menjadi prediksi kerentanan individu mengalami kecanduan telepon genggam.

  • Faktor situasional

Faktor ini terdiri atas faktor-faktor penyebab yang mengarah pada penggunaan telepon genggam sebagai sarana membuat individu merasa nyaman secara psikologis ketika menghadapi situasi yang tidak nyaman, seperti pada saat stres, mengalami kesedihan, merasa kesepian, mengalami kecemasan, mengalami kejenuhan belajar, dan leisure boredom (tidak adanya kegiatan saat waktu luang) dapat menjadi penyebab kecanduan telepon genggam.

  • Faktor sosial

Terdiri atas faktor penyebab kecanduan telepon genggam sebagai sarana berinteraksi dan menjaga kontak dengan orang lain. Faktor ini terdiri atas mandatory behavior dan connected presence yang tinggi. Mandatory behavior mengarah pada perilaku yang harus dilakukan untuk memuaskan kebutuhan berinteraksi yang distimulasi atau didorong dari orang lain. Connected presence lebih didasarkan pada perilaku berinteraksi dengan orang lain yang berasal dari dalam diri.

  • Faktor eksternal

Yaitu faktor yang berasal dari luar diri individu. Faktor ini terkait dengan tingginya paparan media tentang telepon genggam dan berbagai fasilitasnya.

Sedangkan menurut Mark, Murray, Evans, & Willig (2004) kecanduan disebabkan karena:

  1. Adanya keinginan yang kuat untuk selalu terlibat dalam perilaku tertentu, terutama ketika kesempatan untuk perilaku tertentu tidak dapat dilakukan.
  2. Adanya kegagalan dalam melakukan kontrol terhadap perilaku, individu merasakan ketidaknyamanan dan stress ketika perilaku ditunda atau dihentikan.
  3. Terjadinya perilaku terus menerus walaupun telah ada fakta yang jelas bahwa perilaku mengarah kepada permasalahan.

BAB III

SUBJEK PENELITIAN

Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deksriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak, atau sebagaimana adanya. Usaha mendeskripsikan fakta-fakta itu pada tahap permulaan tertuju pada usaha mengemukakan gejala-gejala secara lengkap di dalam aspek yang diselidiki, agar jelas keadaan atau kondisinya. Oleh karena itu pada metode deskriptif ini tidak lebih daripada penelitian yang bersifat penemuan fakta-fakta seadanya (fact finding). Penemuan gejala-gejala itu berarti juga tidak sekedar menunjukkan distribusinya, akan tetapi termasuk usaha mengemukakan hubungan-hubungan satu dengan yang lain di dalam aspek-aspek  yang diselidiki itu (Nawawi, 2007:67).

  1. Subjek dan Objek Penelitian
  2. Subjek Penelitian

Subjek Penelitian adalah orang, tempat, atau benda  yang diamati dalam rangka pembumbutan sebagai sasaran. Adapun subjek penelitian dalam tulisan ini adalah mahasiswa yang memiliki gadget di fakultas Ushuluddin jurusan Tafsir Hadis serta mahasiswa fakultas Sains dan Teknologi jurusan Sistem Informatika dan Tehnik Informatika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014.

  1. Objek Penelitian

Obyek penelitian adalah hal yang menjadi sasaran penelitian. Sedangkan Objek penelitian dalam tulisan ini adalah gadget yang berisi konten islami  serta pengaruhnya terhadap keagamaan mahasiswa fakultas Ushuluddin jurusan Tafsir Hadis serta mahasiswa fakultas Sains dan Teknologi jurusan Sistem Informatika dan Tehnik Informatika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014.

  1. Profil Subjek Penelitian
  2. Prodi Tafsir Hadis UIN Jakarta

Jurusan Tafsir Hadis di UIN Jakarta pada awalnya didirikan sebagai pengganti Jurusan Dakwah, pada tahun akademik 1989/1990. Program studi Tafsir Hadis bertujuan menghasilkan sarjana yang menguasai ilmu-ilmu al-Qur’an dan ilmu-ilmu Hadis, sehingga mampu memproduksi pemikiran-pemikiran baru yang berasal dari sumber pokok Islam tersebut. Penguasaan dan kemampuan interpretasi terhadap al-Qur’an dan Hadis akan lebih menjamin kesinambungan tradisi dan dinamika pemikiran intelektual dalam Islam.

Selain pusat studi, Fakultas Ushuluddin juga memiliki beberapa Laboratorium. Salah satu laboratorium yang disediakan oleh Fakultas ushuluddin adalah Laboratorium Tafsir Hadis, yang diresmikan oleh Mantan Dekan Fakultas Usuluddin dan Filsafat (FUF) Dr Amin Nurdin. Labolatorium tafsir-hadis diharapkan menjadi pusat pengembangan keilmuan tafsir hadis.  Labolatorium Tafsir Hadits (TH) berada di Lantai II Gedung FUF.

Kegiatan Laboratorium Tafsir Hadis antara lain kajian ilmu alat dengan menggunakan metode amsilati, dan mengkaji  kitab ushul al-Takhrij, al-Itqan, Shahih Bukhari, Ibn Katsir, Mukaddimah Ibn al-Shalah. Kajian ini berlangsung dari hari Senin sampai dengan hari Jum’at. Laboratorium Tafsir Hadis didampingi oleh pembimbing-pembimbing dari mahasiswa dan alumni Tafsir Hadis yang berkompeten dalam kajian agama. Diantaranya adalah Khoirul Huda, Nurul Hasanah, Hammad Abal Alam, Lail Ramadhan,  dan Juriyanto.

  1. Prodi Sistem Informatika UIN Jakarta

Program Studi Sistem Informasi bertujuan menghasilkan Sarjana Sistem Informasi yang menguasai konsep pengembangan perangkat lunak dan penerapan teknologi informasi, menguasai konsep dan memiliki keahlian dalam teknik perancangan sistem informasi secara sistematis serta mampu mengelola dan mengembangkan sistem informasi yang menjadi salah satu kebutuhan utama pada suatu lingkungan organisasi atau perusahaan saat ini. Di samping mata kuliah keislaman, mata kuliah keahlian Program Studi ini antara lain: Pengenalan Pengolahan Data Elektronik (PDE), Konsep Pemrograman, Matematika Diskret, Sistem Informasi Mana-jemen, Struktur Data, Komputer, Sistem Basis Data, Sistem Operasi, Rekayasa Perangkat Lunak, Interaksi Manusia dan Komputer, Analisis Sistem Informasi dan Perancangan Sistem Informasi.[13]

Program Studi Sistem Informasi bertujuan menghasilkan Sarjana Sistem Informasi yang memiliki pemahaman teoritis dan empiris bidang Sistem Informasi, Profesionalitas, integritas, etika dan sikap islami sehingga mampu menganalisis dan memecahkan berbagai persoalan bidang system informasi bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Profil lulusan program studi Sistem Informasi diharapkan  mempunyai kompetensi:

  1. Prinsip-prinsip dasar keislaman dan keindonesiaan sehingga mempunyai karakter kepribadian dan kepemimpinan yang baik dan dapat memberikan contoh dan panutan di masyarakat.
  2. Kemampuan menganalisis, merancang, menerapkan dan memelihara Sistem Informasi pada organisasi yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
  3. Professional sebagai : Business analyst, database analyst, ERP spesialyst, audit information system dan information technology architecture di bidang syar’i, Business information system, enterprise information system dan Geographic information system.
  4. Sertifikasi professional secara internasional seperti: supply chain, management (SCM), syariah Accounting information system ( SAIS) Cisco Networking Academy Program (CNAP) dan Oracle workforce development program (OWDP), Microsoft certified professonal, GIS sertification, system Analyst Certification, project management certification.[14]

Profil kegiatan himpunan yang ada pada jurusan Sistem Informasi.

Kegiatan dalam himpunan jurusan SI diantaranya lomba-lomba IT, keprofesian mengenai IT, Baksos, dan lain-lain. Diantara divisi-divisinya yaitu divisi PSDM (pengembangan SDM), LitBang, dan Kerohanian. Pada divisi kerohanian Mahasiswa Jurusan Sistem Informasi mengadakan Kajian Islam, Baksos pada Bulan Ramadhan, Santunan dan Bukber. Dan jika ada setiap kegiatan dalam himpunan tersebut, mahasiswa SI sendiri yang memimpin Doa. (Narasumber: Amzar Fadliatama dan Reza Semester V)

Berhubungan dengan penelitian yang kita lakukan pada mahasiswa SI ini menunjukkan bahwa pada diri mereka masih memiliki kegiatan keagamaan walaupun tidak dilakukan setiap hari.

  1. Prodi Studi Tehnologi dan Informatika UIN Jakarta

Program Studi Sistem Informasi bertujuan menghasilkan Sarjana Sistem Informasi yang menguasai konsep pengembangan perangkat lunak dan penerapan teknologi informasi, menguasai konsep dan memiliki keahlian dalam teknik perancangan sistem informasi secara sistematis serta mampu mengelola dan mengembangkan sistem informasi yang menjadi salah satu kebutuhan utama pada suatu lingkungan organisasi atau perusahaan saat ini. Di samping mata kuliah keislaman, mata kuliah keahlian Program Studi ini antara lain: Pengenalan Pengolahan Data Elektronik (PDE), Konsep Pemrograman, Matematika Diskret, Sistem Informasi Mana-jemen, Struktur Data, Komputer, Sistem Basis Data, Sistem Operasi, Rekayasa Perangkat Lunak, Interaksi Manusia dan Komputer, Analisis Sistem Informasi dan Perancangan Sistem Informasi.[15]

Program Studi Sistem Informasi bertujuan menghasilkan Sarjana Sistem Informasi yang memiliki pemahaman teoritis dan empiris bidang Sistem Informasi, Profesionalitas, integritas, etika dan sikap islami sehingga mampu menganalisis dan memecahkan berbagai persoalan bidang system informasi bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat. Secara ddetil dipaparkan dalam bentuk profil dan kompetensi.

Lulusan Program Studi Teknik Informatika memiliki profil sebagai berikut:

  1. Muslim dan Muslimah yang baik
  2. Berfikir kritis/analitis dan menyelesaikan masalah
  3. Memiliki keahlian dan pengerahuan untuk mengembangkan system berbasis teknologi informasi/ilmu computer
  4. Mampu mengikuti laju perkembangan di bidang teknologi informatika/ilmu computer
  5. Memiliki keahlian dan pengetahuan untuk mengembangkan system berbasis teknologi informasi/ ilmu computer
  6. Mampu untuk mengimplementasikan pengetahuan teknologi informasi/ilmu computer di bidang keislaman
  7. Memiliki keahlian entrepreneurship.[16]

Profil kegiatan yang ada di dalam prodi Teknologi Informatika

Dalam himpunan Jurusan Teknologi Informatika ada beberapa kegiatan diantaranya yaitu: perlombaan mengenai IT, berdiskusi mengenai pogram-program dan Microsoft, dan adapula keagamaan yaitu pada divisi kerohanian program kerja divisi tersebut hanya melakukan kegiatan Yasinan dan itupun  belum tau pasti kegiatan apa laagi yang ada di dalam divisi kerohanian tersebut karena baru membuat kegiatan yang menyangkut keagamaan dalam himpunan jurusan tersebut. (sumber ini berasal dari nara sumber “M.Rizki Fadhilah”)

BAB IV

Analisis Data

Setelah pemngambilan data yang kami lakukan dalam beberapa subjek di fakultas yang berbeda di dapatkan data yang dinilai sebagai perwakilan dari apa yang sedang kami teliti ini.

Dari beberapa wawancara yang dilakukan kami, maka di dapat hasil sebagai berikut :

  1. Penggunaan Brand/ Merk gadget :
  1. Samsung Android Series (berbagai tipe) sebanyak 13 orang
  2. Sony Experia (berbagai tipe) sebanyak 3 orang
  3. Smartfren AndroMax Series (berbagai tipe) sebanyak 4 orang
  4. LG Android Series (berbagai tipe) sebanyak 3 orang
  5. Lalu, macam Merk/Brand Iain seperti TAB NEXUS, IPAD, EVERCROSS android series, Asus Zenphone 5, Oppo R 1001. Masing-masing sebanyak 1 orang.
  1. Pemetaan dua subjek yang di bandingkan

Dilihat dari hasil wawancara kami, bisa kami simpulkan bahwa gadget yang di pakai tidak berpengaruh terhadap apa yang dibutuhkan pada masing masing subjek. Ini disebabkan harga yang di banderol masing masing Brand tidak berbeda jauh, akan tetapi melihat dari pertimbangan budget yang disesuaikan dengan performa yang di inginkan setiap individu. Meski telah di bandingkan yang sebagaimana kami lakukan dari kasus ini fakultas Umum vs Fakultas Agama, tidak di temukan ketimpangan sosial dalam hal gadget yang di pakai. Pertimbangan memilih sebuah Gadget dari Brand terkenal lebih cenderung dipilih para subjek, dan juga penyesuaian dengan keadaan kantong masing-masing subjek. Memang terlihat kebutuhan gadget untuk setiap subjek tidak terlalu berpengaruh terhadap prestasi bahkan keshalehan, kesemua hal disebabkan bahwa membawa gadget yang berisi konten-konten islami lebih praktis dan mudah ketimbang harus membawa hal yang berbau keagamaan secara fisik bendanya.

  1. Dan dari pertanyaan yang diajukan tentang apakah gadget membawa dampak (pengaruh) terhadap kehidupan beragama (sisi religiusitas) maka di dapatkan analisa sebagai berikut :
  1. Sebanyak 9 orang dari keseluruhan data (30) menyebutkan bahwa gadget itu tidak berpengaruh terhadap motivasi keibadahan seseorang atau mendorong seseorang untuk giat beribadah. Alasannya pun beragam, salah satu diantaranya ialah gadget itu malah memperlambat atau membuat seorang lalai dalam beribadah, memang dia mempunyai aplikasi islami (azan, al-Qur’an, dll.) tetapi tetap saja adanya sarana tidak selalu membawa kepada dampak yang diinginkan.
  2. Dan sisanya yaitu 21 orang, menyatakan bahwa adanya gadget itu berpengaruh bahkan sangat berpengaruh terhadap kehidupan beragama (sisi religiusitas) dan membantu seseorang serta memotivasi untuk lebih giat beribadah. Yang menyatakan berpengaruh juga mempunyai alasannya masing masing, misalnya : lebih mudah dan praktis kalau membuka al-Qur’an lewat gadget karena ga terlalu besar dan bisa di buka kapanpun dan dimanapun, dan juga di gadget ada aplikasi pengingat waktu salat, jadi ketika kita jauh dari masjid kita tetap bisa tahu kalor sudah masuk waktu untuk salat.
  1. Sistem yang digunakan dalam kesemua smartphone yang kami teliti rata-rata telah mencapai sistem Android 4.2 (Jelly ban) dan dengan sistem ini pula keterbatasan akses aplikasi tertentu menjadi tidak terbatas dan juga lebih responsif ketimbang versi sebelumnya.
  2. Faktor penghambat :
  1. Karena keterbatasan baterai smartphone dalam membuka sebuah aplikasi yang tentunya menyedot daya yang lumayan besar jika terus di buka dalam waktu yang lama
  2. Karena keterbatasan memori kapasitas sebuah smartphone yang mempunyai kapasitas kecil dari sekian banyak objek yang kami teliti dan jika dipaksakan pemasangan aplikasi maka akan memperlambat kinerja smartphone tersebut.
  3. Karena jarangnya penggunaan aplikasi di smartphone, menjadikannya terlihat seperti tidak mempunyai dampak yang signifikan dalam kehidupan sehari hari.
  4. Minimnya perhatian terhadap aplikasi religi dibandingkan dengan aplikasi jejaring sosial.
  1. Faktor Pendukung :
  1. Semakin banyaknya developer yang merambah aplikasi religi dan mempunyai kapasitas memori yang lumayan sedikit
  2. Semakin beragam aplikasi yang diciptakan, baik penerjemahan dari sebuah kitab agama, ataupun berbagai manuskrip klasik yang di terjemahkan berbasis data.
  3. Aplikasi yang di sajikan seperti : Menu pengingat dalam sebuah aplikasi menjadi juga menjadi nilai tambah dalam memotivasi meningkatkan nilai religiusitas.
  4. Penerjemahan aplikasi dari sumber awal suatu bahasa lalu di terjemahkan, itu pula sebagai nilai lebih dari sebuah aplikasi religi dalam menjangkau keterbatasan pemahaman Si pen-download dalam memahami bahasa-bahasa tertentu.

BAB V

KESIMPULAN

Gadget smartphone adalah sebuah ponsel yang menawarkan kemampuan komputasi yang lebih maju dan konektivitas dari fitur telepon kontemporer. Gadget smartphone dan fitur ponsel terkadang dianggap sebagai komputer genggam yang terintegrasi dengan telepon seluler. Dari hal ini, bisa disimpulkan bahwa Gadget Smartphone adalah sebuah telepon genggam yang telah mengalami transformasi terbaru (masa kini) yang menyesuaikan dengan kebutuhan zaman ini. Didalamnya terdapat berbagai konten yang mendukung kecanggihan yang terdiri dari masing-masing telepon genggam Gadget smartphone. Agaknya, bahasa yang dulu di pakai dengan kata telepon genggam telah mengalami pegeseran dan pengembangan yang sangat pesat. Karena kini telepon bukan hanya yang di genggam saja, dilihat dari ukuran yang digunakan sebagai dampak dari keinginan yang dengan telepon bisa mengakses segalanya. Ukuran Gadget Smartphone  bukanlah sebuah masalah yang akan kami bahas, akan tetapi dari kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi tersebut yang akan kami bahas.

Pada dasarnya, kalimat religiusitas berasal dari kata religi yang mengacu pada agama. Maksudnya religi atau agama pada umumnya terdapat aturan-aturan dan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan yang semua itu berfungsi untuk mengikat dan mengutuhkan diri seseorang atau sekelompok orang dalam hubungannya dengan tuhan, sesama manusia, dan alam sekitarnya. Akan tetapi, yang di terangkan di atas adalah sebuah format kelembagaannya yaitu sebuah agama. Maka beranjak dari maslah tersebut berkembang kata religiusitas yang mengacu kepada keadaan personalisasi sang penganut agama / religiusitas  mengacu  pada aspek religi yang dihayati oleh individu di dalam hati atau secara mudahnya dipahami religiusitas merupakan suatu keyakinan dan penghayatan akan ajaran agama yang mengarahkan perilaku seseorang sesuai dengan ajaran yang dianutnya.

Hubungan antara Gadget Smartphone dengan sisi religiusitas bisa dilihat dari teori yang kami ambil pula mengenai Kecanduan, memang kecanduan di sini pada awalnya lekat sekali dengan berbagai macam kecanduan diantaranya: rokok, narkoba, minuman beralkohol, dll. Akan tetapi kami membahas dari sisi kecanduan teknologi yang di sebabkan dari berkembangnya sistem informasi yang ada, hal ini pula mendorong pola hidup menjadi berubah. Yang memang pada saat ini menjadi sebuah keharusan seseorang untuk mengetahui bahkan mempelajari tentang kemajuan tersebut. Hal ini yang akhirnya melahirkan keakraban dengan Gadget Smartphone saja, dan dampak selanjutnya yaitu  menjadi tidak akrab dengan ajaran agama.

Hubungan antara keduanya pada saat ini nampaknya saling berkaitan yang akhirnya diadakan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana hubungan dan seberapa besar dampak pada kehidupan.

Di dalam sebuah Gadget Smartphone terdapat berbagai aplikasi yang bisa di download secara gratis, di dalamnya termasuk beberapa aplikasi keagamaan  yang banyak di kembangkan oleh banyak developer aplikasi. Dari sini terlihat sebuah cara untuk mengikis jarak antara teknologi dan keagamaan. Dalam aplikasi islami saja, terhitung lebih dari 1000 aplikasi yang dapat di download gratis. Hal ini memang sangat membantu pengadaptasian sebuah dakwah dalam bentuk media yang sedang di gandrungi masyarakat luas. Hubungan ini memang didasari atas individu-individu yang men-download aplikasi islami di Gadget Smartphonenya, sejauh yang kami dapatkan dari hasil penelitian kami ternyata didapatkan fakta bahwa Gadget Smartphone mempunyai tingkat hubungan yang tinggi dalam upaya untuk meningkatkan nilai religiusitas pada seseorang, dalam hal ini untuk mempelajari agama secara mendalam pada saat ini segala macam informasi bisa di cari melalui Gadget Smartphone dan di dukung aplikasi-aplikasi lain yang  menjelaskan apa yang mereka cari.

Beberapa dampak dari kecanduan telepon genggam / Gadget Smartphone  menurut Yuwanto (2010) antara lain :

  • Konsumtif, penggunaan telepon genggam dengan berbagai fasilitas yang ditawarkan penyedia jasa layanan telepon genggam (operator) sehingga membuat individu harus mengeluarkan biaya untuk memanfaatkan fasilitas yang digunakan.
  • Psikologis, individu merasa tidak nyaman atau gelisah ketika tidak menggunakan atau tidak membawa telepon genggam.
  • Fisik, terjadi gangguan seperti gangguan atau pola tidur yang berubah
  • Relasi sosial, berkurangnya kontak fisik secara langsung dengan orang lain.
  • Akademis/pekerjaan, berkurangnya waktu untuk mengerjakan sesuatu yang penting dengan kata lain berkurangnya produktivitas sehingga mengganggu akademis atau pekerjaan.
  • Hukum, keinginan untuk menggunakan telepon genggam yang tidak terkontrol menyebabkan menggunakan telepon genggam saat mengemudi dan membahayakan bagi diri sendiri dan pengendara lain.

 

DAFTAR PUSTAKA

http://www.UInjkt.ac.id/index.php/fakultas/fst/info-fakultas.html

Sopiah, dan Etta Mamang Sangadji. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dalam Penelitian, Yogyakarta:Andi Offset, 2010

Jalaluddin R. Psikologi Islam. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2002

Anshari, S.E. Wawasan Islam.  Jakarta: PT Rajawali Press. 1986

Hood, R.W.The Psychology of Religion: an Empirical Approach. New  York: The Guilford Press. 1996

Thouless R.H. Pengantar Psikologi Agama. Penerjemah: Machnun  Husein. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2000

Pedoman Akademik Program Strata 1 2012/2013, Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Ciputat: 2012

[1] Haris heridansyah, Metodologi penelitian kualitatif, (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), h. 2

[2] Haris heridansyah, Metodologi penelitian kualitatif, (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), h. 3

[3] H. Syamsir Salam, Jaenal Aripin, Metodologi Penelitian Sosial, (Ciputat: LP UIN Jakarta dan UIN Jakarta Press, 2006), h 2-3

[4] H. Syamsir Salam, Jaenal Aripin, Metodologi Penelitian Sosial, (Ciputat: LP UIN Jakarta dan UIN Jakarta Press, 2006), h. 29

[5] H. Syamsir Salam, Jaenal Aripin, Metodologi Penelitian Sosial, (Ciputat: LP UIN Jakarta dan UIN Jakarta Press, 2006), h. 30

[6] Pnaduan Menulis dan Mempresentasikan Karya Ilmiah: Thesis, Tugas Akhir, dan Makalah (ITB: Budi Raharjo, 2005)

[7] Etta Mamang Sangadji dan Sopiah, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dalam Penelitian, Yogyakarta:Andi Offset, 2010), h. 4.

[8] Etta Mamang Sangadji dan Sopiah, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dalam Penelitian, Yogyakarta:Andi Offset, 2010), h. 26.

[9] Jalaluddin R, (2002). Psikologi Islam.  Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

[10] Anshari, S.E. (1986). Wawasan Islam.  Jakarta: PT Rajawali Press.

[11]Hood, R.W. (1996). The Psychology of Religion: an Empirical Approach. New  York: The Guilford Press

[12] Thouless R.H.(2000). Pengantar Psikologi gama. Penerjemah: Machnun  Husein. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

[13] http://www.UInjkt.ac.id/index.php/fakultas/fst/info-fakultas.html

[14] Pedoman Akademik Program Strata 1 2012/2013, Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Ciputat: 2012, h. 241-242

[15] http://www.UInjkt.ac.id/index.php/fakultas/fst/info-fakultas.html

[16] Pedoman Akademik Program Strata 1 2012/2013, Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Ciputat: 2012, h. 229

6 komentar di “Metode Penelitian “PENGARUH GADGET (SMARTPHONE) BAGI KEHIDUPAN KEAGAMAAN MAHASISWA”

Tinggalkan komentar